Nostalgia KKN (Bagian Satu)


Karena Kondisi keluargaku yang serba pas-pasan, orang tuaku di desa selalu berpesan kepadaku agar selalu fokus di kuliah. Bapak ku hanya buruh tani sedangkan ibuku bekerja serabutan membantu masak atau mencuci tetangga kaya. Aku dua bersaudara dengan adikku perempuan namanya Santi. Kami di didik orang tua kami untuk selalu menghargai waktu dan pendidikan. Orang tuaku walaupun sederhana namun berpikiran maju, demi pendidikan aku dan adikku semua akan dilakukan dan diusahakan orang tua kami untuk membiayai semua pendidikan kami.

Untuk mencukupi kebutuhan hidup kami, orang tua kami juga senang beternak dan berkebun. Di rumah kami yang sederhana masih ada halaman yang bisa di gunakan untuk berkebun sayuran dan mempunyai kandang bebek walau hanya mempunyai 10 ekor bebek, tapi dari sana cukup membantu kebutuhan makan dan hidup kami sekeluarga.

Akhirnya aku bisa diterima di salah satu universitas negeri bergengsi di jogja. Aku mengambil Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen dengan harapan bisa mengembangkan ilmu manajemen untuk bekal ketertarikan saya dalam bidang manajemen perusahaan. Saking fokus nya aku dalam menuntut studi hingga tidak memikirkan tetek bengek yang bersangkutan dengan pacaran.

Walaupun dari desa teman-teman banyak yang bilang aku adalah tipe pria yang menarik walaupun di bilang kuper dan kutu buku. Banyak wanita teman Fakultas ku yang mencoba menarik perhatian ku lewat sahabatku tapi semuanya belum bisa menggetarkan niat ku untuk segera lulus study dan membantu perekonomian keluargaku. Walaupun banyak teman-temanku yang mengatakan sebaiknya aku memilih teman wanita yang anaknya orang kaya tapi terus terang aku malah minder sendiri, kurang percaya diri dan tahu diri akan kedudukan ku, makanya aku menenggelamkan diriku fokus di studi, seringkali tempat nongkrong favorit kalau tidak di perpustakaan ya di unit bisnis fakultas, disana aku bisa belajar banyak menimba ilmu manajemen.

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, beban teori dan tugas praktek lapangan sudah selesai dengan nilai memuaskan tinggal KKN dan tugas akhir skripsi. Sebenarnya KKN bagian yang sudah aku tunggu-tunggu, bisa belajar menerapkan hasil studi di lapangan walaupun tempat KKN ada di pelosok desa terpencil, tetapi yang membuat berat pikiran ku adalah Vallen yang selalu mencari-cari perhatian dariku. Entah dengan usaha apa dia bisa satu kelompok KKN denganku. Tingkah nya selalu saja mendekati diriku di setiap kesempatan. Anggota kelompokku ada 10 orang 6 orang putra dan 4 orang putri termasuk Vallen dengan masa KKN kurang lebih 2 bulan tinggal di desa terpencil tersebut.

Untuk lebih mengefektifkan waktu KKN tugaskulah untuk merancang manajemen waktu antara program pribadi dan kelompok agar bisa sesuai dengan jangka waktu KKN dengan hasil yang paling optimal. Beberapa sebelumnya kami sudah pernah survey ke lokasi kira-kira program apa saja yang cocok disana, agar waktu 2 bulan nanti betul-betul efektif dan mengena dan bermanfaat bagi penduduk disana. Aku berharap KKN ini memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi penduduk desa.

Setelah menempuh perjalanan dengan bus kampus kurang lebih setengah hari akhirnya kami tiba disana di pusatkan di kantor kecamatan, kemudian setelah acara seremonial di kecamatan kami menuju ke pos dusun masing-masing kelompok. Kelompok kami di tempatkan di rumah kepala dusun yang mempunya rumah yang cukup luas dengan pembagian anggota kelompok Putri di kamar sebelah kiri rumah utama sedangkan anggota putra di kamar sebelah kanan rumah utama, walaupun rumahnya sederhana tapi lumayan luas untuk menampung kami per kelompok putra dan putri disetiap kamarnya.

Hari-hari awal kami adakan pertemuan dengan warga desa untuk menjelaskan maksud kedatangan dan program-program KKN yang kami bawa. Kemudian di hari-hari berikutnya kami mengadakan pertemuan dengan pemuda-pemudi di desa tersebut.

Sesaat hal yang menyita perhatian ku di sela-sela kesibukan kami adalah seorang gadis manis yang belakangan aku tahu bernama Annisa Wulandari, dia adalah sekretaris perkumpulan pemuda desa tersebut yang tak lain juga anaknya kepala dusun. Untuk sementara tinggal di rumah kakek neneknya yang tinggal di RW yang berbeda. Pantesan tidak kelihatan ketika kami datang ke tempat kepala dusun dan di kenalkan kepala dusun ketika rapat dengan perkumpulan pemuda dusun tersebut.

Terus terang setelah melihat tingkah laku Annisa yang sopan, dan dengan bahasa yang halus berbudi ditambah dengan kecantikan paras wajahnya membuat konsentrasiku terganggu apalagi karena posisinya sebagai sekretaris pemuda makanya sering berhubungan denganku untuk mensingkronkan agenda program-program yang akan kami jalankan di dusun tersebut. Dan hal itulah yang memancing kecemburuan Vallen terhadap Annisa. (bersambung)

0 Response to "Nostalgia KKN (Bagian Satu)"